Suster Keramas di Palembang

Lembaga Sensor Film Segera Dibentuk
Saturday, 09 January 2010
PALEMBANG(SI) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palembang dan Forum Ulama Indonesia (FUI) Sumsel serta Dewan Kesenian Kota (DKT) Palembang berencana membentuk Lembaga Sensor Film (LSF) Daerah Sumsel.

Ketua FUI Sumsel KH Umar menegaskan, Provinsi Sumsel sudah selayaknya memiliki LSF tingkat daerah untuk memantau peredaran film di Sumsel. “Wacana pembentukan LSF daerah tersebut harus segera direalisasikan,” tegas Umar didampingi Sekjen FUI KH Habib Mahdi Muhammad Sahab saat menggelar pertemuan antara Ketua MUI Kota Palembang serta pengurus Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Sumsel, Pengurus Dewan Kesenian Kota (DKT) Palembang, Maxima Pictures, serta pihak studio 21 Palembang di gedung sekretariat FKUB Sumsel,belum lama ini.

Ketua MUI Kota Palembang M Saim Marhadan menyatakan dukungannya mengenai wacana tersebut. Apalagi, keberadaan LSF sangat tepat terkait dengan pelarangan film Suster Keramas produksi Maxima Fictures yang dilarang tayang di bioskop di Kota Palembang.“ Perlunya dibentuk LSF daerah karena dalih dari pihak produser dan Bioskop 21 bersikukuh supaya film tersebut layak diputar di Palembang karena sudah melalui LSF di Jakarta,”paparnya.

Produser film Suster Keramas, Odi Mulya Hidayat, dalam pertemuan tersebut mengatakan, keberanian mereka untuk menayangkan film tersebut di Kota Palembang karena sudah melalui sensor dari LSF pusat. Dia menegaskan LSF pusat adalah lembaga yang diakui, karena anggotanya terdiri atas tokoh perfilman dan melibatkan tokoh agama.

“Anggota LSF sudah mewakili masyarakat, termasuk tokoh agama, jadi kalau menurut LSF layak tayang, kami berani menayangkan film Suster Keramat di Palembang, ”terangnya. Menanggapi pernyataan tersebut, Ketua FUI Sumsel KH Umar Said menegaskan, anggota LSF pusat tersebut tidak mengetahui budaya dan kondisi sosial keagamaan di Sumsel terutama di Kota Palembang.

Untuk meminimalisasi filmfilm yang berbau pornografi beredar di Kota Palembang,KH Umar Said menegaskan,perlunya dibentuk LSF di Kota Palembang. “Layak menurut LSF pusat tersebut mungkin hanya berlaku di kota lain, tetapi tidak di Kota Palembang. Kalau menurut saudara film seperti itu (Suster Keramas) lolos sensor di Jakarta, perlu diadakan lagi sensor di Palembang. Karena Palembang adalah kota religi dan berslogan Darussalam.

Film seperti itu tidak layak diputar,” tegasnya. Umar Said menambahkan, acara –acara yang ditampilkan di depan umum juga harus dipantau dan diawasi jangan sampai menimbulkan dampak di masyarakat. Pertunjukan yang mengesankan pornografi dan pornoaksi harus dilarang. “Di Palembang ini bukan hanya film yang perlu diawasi, tetapi penyelenggaraan acara di depan publik juga perlu,”tandasnya.

Sementara itu, Sekretaris Dewan Kesenaian Kota (DKK) Palembang Vebri Al Lintani menyambut baik wacana pembentukan LSF daerah tersebut.Menurutnya, keberadaan LSF daerah membuat tontonan dan hiburan yang masuk ke Kota Palembang dapat disaring secara positif. “Jadi kita tahu mana yang layak dan tidak layak di tonton oleh warga Palembang.

Untuk itu halhal yang berkaitan dengan kevulgaran atau tebar aurat, jelas tidak cocok, termasuk film dan pentas pertunjukan yang mengandung unsur pornografi,” ujarnya. Vebri menambahkan, pihak yang memproduksi film hendaknya selalu mempertimbangkan khasanah nilai-nilai seni kedaerahan serta kearifan lokal sebelum memasarkan produk kepada masyarakat.“

Ke depannya, kita berharap tidak ada lagi film-film yang beradegan panas diputar di Palembang. Kalau di daerah lain silakan saja,”tegasnya. Terkait dilarangnya film Suster Keramas di Kota Palembang, Manajer bioskop 21 Elvis mengatakan, pihaknya berani memajang dan memutar film tersebut karena telah memiliki label dan izin dari LSF. “Kita cuma media. Karena film tersebut sudah diperbolehkan diputar dan layak tayang menurut LSF. Karena itu, kami berani memutarnya,” jelasnya. (CR 02)

Source : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/296194/

Ody Mulya dan rekannya Yan Romain, SH yang merupakan salah satu seniman di palembang, yang pada saat ini berkesinambungan sebagai Pengamat Sinetron dan film di palembang

Lihat gambar ukuran penuhLihat gambar ukuran penuhLihat gambar ukuran penuh

1 comments:

{ boot } at: January 9, 2010 at 9:57 PM said...

waw.....
ane kgak setuju gan klo suster keramas tayang..
itu bisa merusak mental dan phsykologis anak muda..

Post a Comment

Silakan mengomentari blog galang

 
Galang Sahtiyanza © 2013 Design by Omdgalz